GALERI MADRASATUL QURAN |

Di suatu pondok yang cukup terkenal di Jombang yang bernama Madrasatul Quran, ada seorang santri yang sangat rajin bernama Ahmad Reza. Sebut saja dia Aza. Dia berasal dari Kupang, kota yang terkenal dengan satenya yang gurih. Disanalah Aza mengubur kulit arinya. Kota yang penuh dengan kasih saying keluarganya, terutama ibunda. Dia sudah cukup lama menjadi santri MQ. Berkisar 5 tahun dia membopong nama baik pondok MQ. Dipondok dia tak sendirian, dia memiliki teman yang selalu menemaninya dikala susah dan senang. Mereka adalah Rian, Zaka, Firza, dan Muham. Mereka tergabung dalam kelompok organisasi yang bernama ‘Perfect World’ yang diketuai oleh Ega. Ega berumur jauh lebih tua dibandingkan anggota yang lain. Bahkan dia lebih dulu khatam Al-Quran.

Nama Perfect World inimempunyai makna tersirat didalamnya. “The world is full of trial, but with this trial we can get our perfect world (Dunia itu penuh dengan cobaan, tetapi dengan cobaan inilah kita bisa mendapatkan kesempurnaan dunia kita)” itulah salah satu makna tersirat didalam Perfect World. Dibalik suasana pondok yang damai, ternyata masih saja ada kelompok trouble maker yang membuat santri lain risih. Mereka adalah HardBoys yang beranggotakan Arbi si penyindir, Imi si pencela, Khowari si pemfitnah, dan Mamat si pemalas. Pernah di suatu hari yang tak tahu kapan pastinya, para anggota Perfect World sedang berkumpul di masjid untuk melakukan rutinitas mereka yakni mengaji bersama.

“ eh……Ham kamu punya minum nggak? Aku haus nih”ucap Firza. “waduh aku lupa ngisi botol minumku.” Jawab Muham panik.”udah… sini aku yang isiin ke ndalem” sahut Aza lembut.’ Aku melok ya!” potong Rian. “ perjalanan tak mungkin semulus pipi Firza jika tanpa adanya Zaka” Canda garing Zaka. Mereka pun pergi menuju ke ndalem untuk mengisi botol air milik Muham. Lain halnya dengan Firza dan Muham yang menetap di basecamp. “tadi Zaka ngomong apaan sih? Kok pake namaku segala.” Tanya Firza keheranan. Muham hanya bisa mengangguk manis lalu melanjutkan membaca Al-Quran. “yah….kacang” Cetus Firza kesal.

“Nah…dah penuh nih” ucap Rian kegirangan. Tiba tiba ada seseorang yang menyenggol salah satu bagian tubuh Aza yang sedang membungkuk hingga terperosok ke dalam genangan air yang kotor.“Ups….maaf kalau aku baru saja membuat wajahmu yang jelek menjadi lebih jelek lagi” ujar seseorang. Ternyata Arbilah orang yang menyenggol Aza sampai terperosok. Arbi pun tertawa terbahak bahak diikuti teman temannya yang muncul tiba tiba entah darimana. “maksudmu opo Bi! Emang Aza opo nang awakmu?” ucap Rian sambil menolong Aza. “salah sopo, ELEK!!” cela Imi. “ NGOCO O SEK! WAJAHMU KOYOK PIYE! GAK SADAR RUPO!” sahut Zaka dengan nada tinggi. “Eeeiitss…gak slah uwong a amu, mbok pikir wajahku koyok Aza. YO GAK SUDI DES!” ujar Arbi. “WANI, RENE O C**!” pekik Zaka sambil melayangkan pukulan ke wajah Arbi hingga terjatuh ke tanah. Arbi merasa pusing dengan pukulan Zaka, amarahnya semakin memuncak hingga wajahnya memerah. Tangannya mengepal dan dia menggeram layaknya singa. “WANI WANI E AWAKMU!!!” lalu memukul dada Zaka dengan keras. Zaka jatuh terhempas hingga tak bisa berdiri. Suasana disekitar tempat kejadian menjadi sangat ramai, namun tak ada yang mau melerai pertikaian mereka malah menjadi bahan tontonan bagi sebagian santri.

Tak lama kemudian, Ega dan temannya Ihya’ tengah berjalan menuju ke masjid. Mereka sempat melihat pertikaian itu dara kejauhan. “eh…iku onok opo kok rame rame?” Tanya Ihya’ sambil menunjukkan lokasi tersebut ke Ega. Ega yang sama bingungnya mencoba menelusuri dari kejauhan. “iku opo gak Aza ta? Kok nang kunu de’e? ojo ngomong nek arek’e tukaran karo HardBoys” sahut Ega panik. Mereka pun berlari mendekati tempat pertikaian tersebut. “HE….!!! OPO OPO AN IKI! GAEROH A NEK IKI PONDOK! PONDOK REK IKI PONDOK, DUDUK OMAH! DELOK EN, IKU NDALEM E PAK YAI! NEK SAMPEK PAK YAI EROH PIYE! GAK ISIN A! GAK WEDI A! NEK ISIN, NEK WEDI, LAPO TUKARAN!” bentak Ega dengan nada tinggi. Para HardBoys pun menghentikan pertengkaran mereka. “wes! mending saiki bubaro kabeh. Opo tak celokno cak cak posko ben disidang nganti sak wengi. GELEM….!?” kecam Ihya’ yang tengah menggendong Zaka yang babak belur. HardBoys pun bubar dengan raut muka yang penuh akan dendam.

“kalian nggak papa?” Tanya Ega. “ndak papa mas” jawab Aza. “terima kasih ya mas sudah nolong kita” ucap Rian sambil tersenyum manis. “ya sama sama. Sudah kewajibannya mas untuk jaga kalian semua” ungkap Ega. “ya sudah ayo kita ke masjid! Aza ganti bajunya dulu ya!” seru Ega. “oke mas!” jawab lembut Aza sambil tersenyum.

Beberapa bulan selanjutnya, disaat suasana terasa temaram dihari yang berharga. Dan para hafidz memulai suatu barisan, yang selalu mereka sebut Bai’atul Hufadz. Suasana terasa hening, disaat Checksound terdengar disudut panggung. Sholawat yasin mulai dikumandangkan. Begitu merdu dan menyentuh hati bagi siapapun yang mendengarkannya. Diantara barisan yang rapat, terdengar sebuah isak tangis yang begitu mendalam dan dapat menyayat hati. Rintihan tangis itupun menular ke seluruh hafidz yang berbaris rapat. Rintihan tangis mereka begitu menyentuh hati para petamu yang datang. Air mata mereka telah membasahi pipi pipi mereka yang mengkilap laksana Kristal, Kristal Kristal bening alami yang tak pernah disentuh oleh siapapun yang terkehendaki.

Tenanglah wahai orang tua, mereka menangis bahagia atas kemenangannya. Kemenangan yang membuahkan mahkota bersinar layaknya matahari hanya untuk kedua orang tua mereka di surga nanti. Mereka telah melewati nasib nasib yang penuh pengorbanan demi Al-Qur’an mereka. “Manusia Al-Qur’an” suatu ungkapan yang sangatlah berharga bagi seluruh kalangan masyarakat. Jika mereka yang berhasil pernah gagal dalam masa lalunya, berarti kegagalan itulah yang dapat mengetahui hal yang raib ataupun kurang dalam diri mereka.

Kini saatnya, yang paling ditunggu tunggu oleh seluruh petamu. “Acara selanjutnya, penyerahan piagam bagi wisudawan terbaik” ucap seorang MC dibalik panggung. “Wisudawan terbaik ketiga, diraih oleh Muhammad Ichlasul Huda” sahut pembaca. “Eh… Muham. Selamattt!” seru Firza kegirangan. “Wisudawan terbaik kedua, diraih oleh Khowari Kusnaidi” sahut pembaca. “Wee.. HardBoys dilawan” seru Mamat dengan lagaknya. “Wisudawan terbaik pertama, diraih oleh Ahmad Reza” sahut pembaca. Aza pun berdiri dengan sorak sorai tepukan tangan dari wisudawan dan petamu. Begitu senang hati Aza, kini mimpi yang berusaha ia raih telah tergapai. Dia pun menaiki panggung dengan hati yang berbunga.

Setelah acara selesai, Aza dan teman teman tengah berkumpul untuk merayakan atas kemenangan mereka. “mmmh… Aza. Bisa minta waktunya sebentar untuk bicara?” seru Arbi yang tiba tiba datang dari belakang bersama teman temannya. “Ngapain lo kesini!” cetus Zaka kasar. “sssttt…tenang. Memang mau bicara apa bi?” jawab Aza lembut. “ kami semua, HardBoys. Meminta maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan kepada kalian di masa lampau” ucap Arbi sambil menundukkan kepala. “ Alhamdulillah. Bagus kalau begitu. Kita sudah maafin kok” jawab Aza lembut. “ya.. sudah kami maafin kok” sahut Rian sambil tersenyum manis. “syukurlah kalau begitu” ucap Mamat kegirangan. “okeyyy… kalau gitu ayo foto bareng, biar jadi kenangan kita bersama” sahut Firza alay. “hayyyuukk..” jawab serentak mereka semua. “oke…kesini dikitt… 1…….2…….3…senyum” ucap kameramen yang sedang memoto mereka bersama.

Kini mereka pun menjadi sahabat sejati. Tak ada lagi permusuhan diantara mereka, hanya bersisa kenangan indah yang tersimpan di nostalgia memori mereka. Inilah yang artinya “Perfect World”, dan kalian bisa mendapatkannya.

Oleh : Aldan JF 8, IX ALQ , asrama Jannatul Firdaus


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: