Sebuah ruangan gelap tanpa perbincangan seksama. Perlahan sisi sudut atas dagu mulai bergerak. Ada suara lirih mulai mengencang dan merombak pikiran yang sedang kosong. Dari celotehan singkat memulai pertanda ruangan mulai ada percikan terang. Percikan itulah yang akan mengobarkan ruangan dan ruangan akan menjadi terang. Dari seonggok rupa itu mulai bicara tentang hal yang terdekat darinya. Seperti orang yang terbiasa berpidato lama dan panjang lebar.
Duarr…bukan pertanyaan apa, kenapa, ataupun 5w. Lebih dari itu pertanyaan yang setingkat lebih tinggi yaitu tentang How.
“Kawan, bagaimana dengan ruangan ini yang cerah dipagi hari tapi nampak gelap, hanya saja semut-semut berkeliaran merayapi lantai dengan lantunan burung-burung yang melewati depan ruangan dan sebuah klintingan mulai bernyanyi pertanda ada penjual yang sedang mencari sebuah rezeki.
Bagaimana tentang keadaan pikiranku dan pikiran anda semua yang mau ataupun tidak mau harus menatap dengan gagah tentang keadaan kehidupan ini. Merasakan hal yang mungkin saja tidak diharapkan, contoh kecil : seperti makanan yang ada di atas piring ini, bagaimana proses dari sebuah makanan ini bisa sampai diatas piring ini dengan sudut senyaman mungkin dan bagaimana rasanya piring ini menerima makanan ini tetap pada sudut yang senyaman itu diatas piring ini.
Bagaimana proses penerimaannya, bagaimana langkah nasib ataupun takdir dari piring dan makanan ini bisa sampai di depan saya dan di depan kalian semua. Mungkin saja adanya keterpaksaan ataupun sedang memaksa untuk sampai pada titik dan sudut ini.
Beginilah refleksi kali ini, tentang bagaimana proses adanya keterkaitan.
Ketika saya, anda, dan kita semua berjalan pada jalan A (misalnya). Ada seorang yang lain melangkah pada titik C. Dan tanpa kesengajaan atupun dengan sengaja, saya, anda dan bahkan kita, ketika melangkah pada jalan itu bisa sama persis dengan orang yang melangkah pada titik C tersebut dengan sudut sisi dan titik koordinat yang sama.
Bagaimana sebuah proses yang berbeda terbentuk dengan tujuan yang sama menjadi hal yang dapat merefleksikan pandangan kita.
Seperti halnya pada ruangan yang cerah ini tetapi nampak gelap. Dengan sisi yang hampir sama pada sudut titik koordinat yang sama semua hanya terfokus pada pikiran kosong ini dan mengabaikan apa yang ada disekitar.
Mari memulai percikan terang untuk menerangi ruangan ini dengan sebuah suara. Bagaimana?”
(Ahmad Muhammad Fikrudh Dhuha, Pembina Kamar JF 01)
1 Komentar
Rawfrd · 19 Agustus 2021 pada 19:05
Mumtas