Dulu, Ayahku adalah seorang pebisnis yang amat sukses. Setiap hari dia selalu berangkat pagi sebelum mathari terbit dan selalu pulang sore saat matahari terbenam. Dia adalah orang sukses sampai -sampai perusahaannya memiliki cabang di setiap Provinsi. Sayangnya itu hanya keindahan masa lalu yang hanya bisa di kenang.
Saat ini sedang terjadi wabah pandemi virus Covid-19. Di setiap hari ada ribuan kabar yang telah di meninggal karena Virus Corona ini. Dimana mana dilakukan pembatasan kegiatan sosial. Mulai dari memakai masker, menjaga jarak, kewajiban dalam mencuci tangan dan menjaga kebersihan meningkat dll. banyak perusahaan yang ditutup, termasuk perusahaan Ayahku.
Akibat dari penutupan perusahaan-perusahaan tersebut Adalah perekonomian dunia ini menurun drastis. Termasuk Ekonomi keluargaku.
Di malam yang cerah, rembulan malam mengantung diatas sana untuk menemani umat manusia di bumi. Beribu- ribu bintang menggantung melengkapi suasana di malam hari. Saat itu keluarga kami sedang makam malam santai. Aku, kakaku dan Ibu sedang sibuk mendengarkan Ayah berceramaah soal Ekonomi keluarga sambil menikmati hidangan spesial buatan Ibu.
“saat ini sedang terjadi pandemi virus Covid-19 yang benar- benar mematikan. Krisis terjadi dimana-mana. Maka dari itu kita harus pintar-pintar dalam membelanjakan uang, usahakan untuk berhemat jangan beli sesuatu yang tidak perlu” ujar sang Ayah
“ apakah tidak ada solusi untuk mendongakkan Ekonomi keluarga kita, suamiku?” tanya sang ibu
“sebenarnya aku sudah menjual perusahaan untuk membeli lahan yang luas yang didalamnya terdapat minyak bumi yang melimpah tapi, itu masih dalam penelitaan. Tenang hasinya bisa dilihat di bulan depan” jawab Ayah panjang lebar
“semoga berhasil ya” jawabku
“ya dik, semoga saja Ayah berhasil”
***
1 minggu sebelum hasil tambang minyak keluar, Ibuku meninggal karena Corona sialan. Terpaksa kami bertiga harus melakukan SWAB test dan isolasi Mandiri. 5 hari setelahnya Ayah mulai sakit sakittan dan suhu badannta demam tinggi. Setelah di SWAAB untuk kedua kalinya. Ayah…. dinyatakan POSITIF dan syukurlah kami berdua Negatif.
Sinar matahari lembut menyapa kami penduduk bumi. Suara kicau burung menyanyikan okresta selamat pagi. Pagi itu sehari sebelum hasil penelitian tambang minyak ayah keluar. Ayah mengajakku dan Kakakku untuk melakukan Video call, saat kami berada dirumah untuk isolasi mandiri.
“ selamat pagi Anak-anak” sapa Ayah dengan hangat
“selamat pagi ya” jawab kami serentak
“kondisi Ayah semakin lemah. Sudah tak lama ayah akn meninggalkan kalian untuk selamanya . ini mungkin akan jadi pembicaraan terakhir kit. Jadi sebelum ayah menelepon kalian, ayah dapat kabar bahwa lahan yang ayah beli tidak mengandung minyak. Jadi kasarnya Ayah saat ini bangkrut. Untuk itu kalian ingantlah pesan Ayah Ini, kalau kalian ingin sukses saat kalian berangkat bekerja jangan sampai terkena sinar matahari. Kalian juga tidak boleh terkena sinar matahari. Kalian juga tidak boleh menagih hutang. Kehidupan itu sama seperti mutiara. Apapun tekanannya selama itu ttidak menghancurkannya mutiara itu akan menjadi indah. Sama seperti kalian, tekanan yang tak membuat kalian hancur justru akan memperkuat kalian tambah kuat. Prinsip hati mutiara itu adalah pesan ayah. Selamat tinggal…” seketika ayah pun tak bernafas
15 tahun kemudian, wabah itu telah berakhir kami telah tumbuh menjadi Dewasa dan aku telah sukses pengusaha meskipun tak sesukses ayah dulu. Kakakku berbanding terbalik dengan kehidupanku saat ini. Jika aku mempunyai 10 cabang perusahaan kakaku tidak memilikinya sama sekali. Aku tidak tahu apa yang membuat kakaku hidup tak bahagia.
Pagi yang cerah, ketika janji kehidupan mereka bersamaan dengan bulir embun yang jatuh. Puith yang lembut seperti kapas, menyapa penduduk bumi. Pagi itu kakak datang kerumahku
“selamat pagi, dik” sapa kakakku
“selamat pagi kak, apa yang membuat kakak datang kemari” tanyaku dengan santai
“aku ingin bertanya kepadamu” timbal kakakku
“ tanya apa kak”
“Apa rahasia kamu sampai sukses seperti ini”
“ aku anya mengingat pesan ayah berangkat kerja pagi sebelum matahari terbit kembali ketika matahari terbenam, lalu aku tak pernah memberi utang pada orang lain” jmawab ku santai
“ooh, pantas kau sukses, aku dulu mengira kalau berangkat kerja harus naik ytksi, lalu aku tidak pernah menagih hutag pada orang yang berutang padaku.” Balas kakakku
“ pemahaman yang berbeda menimbulkna hasil yang berbeda juga, jadi kita haurs menangkap informasi dari sisi yang paling baik, agar pemahaman kita baik dan hasil yang kita peroleh juga baik. Tenang saja kak. Semua orang pasti juga pernah mengalami gagal. Orang yang tidak pernah gagal adalah orang yang tak pernagh mencoba, begitu kata Albert Enstein”
“ terimakasih dik aku akan selalu mengingaat semua ucapan mu barusan untuk selamanya dan aku takkan lupa untuk benar benar memanfaatkan kesempatanku karena ribuan kesempatan mungkin hanya datang satu kali”
ditulis oleh : Dzakwan Caesario JF 11
0 Komentar